GelitikPolitik.com Abangda senior kampus sering banget denger adagium “Nggak ada makan siang gratis,”. Istilah itu merujuk kepada sesuatu yang dianggap memiliki tujuan khusus. Misal nih ya, nggak ada hujan, nggak ada angin, tiba-tiba Pak Lurah ngetuk rumah dan ngasih paket sembako lengkap, nah itu Pak Lurah pasti ada tujuan, entah mau nyalon lagi atau gimana. Intinya ada deh.

Nah, sekarang pemerintah mau ngasih bantuan rumah subsidi buat wartawan. Kaget? Nggak. Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Metuya Hafid bilang kalo bantuan ini nggak ada muatan politis, artinya upaya ini bukan untuk upaya membungkam pers untuk kritik pemerintah. Upaya ini murni kalo pemerintah perhatian sama kesejahteraan insan pers.

“Teman-teman, seperti disampiakaan Pak Menteri Perumahan, ini tidak ada syarat bahwa kalau ikut program rumah subsidi berarti harus mendukung pemerintahan. Tidak, tidak boleh mengkritik, juga tidak. Jadi silakan kritik, tetap diterima. Yang paling utama adalah ini untuk mendukung agar menyampaikan berita-berita yang benar,” kata Meutya di Jakarta, Selasa (08/04).

Pemerintah juga katanya udah ngelonggarin batas maksimal penghasilan penerima manfaat program ini hingga Rp 13 juta untuk wartawan yang sudah berkeluarga di wilayah Jabodatebek, dan sekitar Rp 12 juta untuk yang masih berstatus lajang.

“Belum semua wartawan sejahtera, belum semua punya rumah. Bahkan ada yang hidup dalam kondisi yang, mohon maaf kurang layak,” kata Meutya. Btw doi dulunya wartawan juga.

Menteri Perumahan, Maruarar Sirait atau Bang Ara (akrab bener gue) sih bilang kalo subsidi rumah untuk wartawan ini adalah bentuk negara hadir untuk memperhatikan rakyatnya (spesifik wartawan). Dia bilang bukan hanya wartawan juga, tapi nanti ke petani, nelayan, serta buruh. “Kami harus mengurus itu,” kata Ara.

Jadi tujuannya apa nih, Bre? Yaa liat aja nanti jangan spekulasi dulu, kopi lu belum abis.

Share.
Leave A Reply