GelitikPolitik.com – Baru berapa bulan dilantik, saat pejabat lain bingung ngurusin arus balik dan arus mudik, Bupati Indramayu Lucky Hakim malah plesiran ke Jepang. Rupanya, doi liburan ke Jepang nggak izin Kementerian Dalam Negeri sama Gubernur Jawa Barat yang notabene atasan kepala daerah.

“Wah berarti saya harus izin, kan Gitu. Saya langsung ‘izin Pak Gubernur. Saya nanti tanggal 8 sudah di Indramayu Kok’. Pak Gubernur bilang, ‘bukan tanggal 8 ya, tapi pergi keluar negerinya’. ‘Punten Pak Gubernur, saya ini cuti bersama’ Lalu beliau ngasih tahu bahwa ‘Kepala daerah itu, walaupun semuanya pada libur, tapi kepala daerahnya tidak’. Di situlah, ‘Oh maaf Pak Gubernur saya salah. Baik saya akan menghadap Kementerian, saya akan menghadap Pak Gubernur,” kata Lucky.

Ebusettt, doi akhirnya pasrah jika memang diberi sanksi berupa nonaktif atau kalo bocah sekolah namanya diskors dari jabatannya sebagai Bupati Indramayu selama tiga bulan gegara plesiran ke Jepang nggak izin Kemendagri itu.

Dikira langsung cas-cis-cus aje, nggak kaya budak korporat yang kudu izin HRD.

Nabrak aturan apasi?

Nih gue jabarin ya:

1. UU Nomor 23 Tahun 2014

    Secara garis besar, doi sudah melanggar Ketentuan dalam UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, khususnya dalam tata kelola etika jabatan kepala daerah.

    2. Pasal 27 ayat (1) huruf i

    Pasal ini secara tegas menjelaskan larangan kepala daerah maupun wakilnya untuk melakukan perjalanan keluar negeri tanpa mengantongi izin resmi dari Menteri Dalam Negeri. Kalo dilanggar, maka dapet konsekuensinya.

    3. Pasal 77 ayat (2) dan (3)

    Konsekuensi buat doi sebagai Bupati Indramayu adalah sanksi berupa pemberhentian tugas sementara selama 3 (tiga) bulan oleh Presiden yang tertuang dalam pasal 77 ayat (2).

    Makannya, jadi pajabat mah kudu jadi suri tauladan, mau kemana kudu izin dulu ye.

    Share.
    Leave A Reply